KLIKKAMI.NEWS - Kami sangat mendukung program MBG di Desa Kembangragi karena ini merupakan program nasional. Namun, ketika pengelola dapur mengabaikan filterisasi air buangan sehingga menimbulkan bau busuk di selokan, dan beberapa sumur warga di Dusun Benteng Timur mulai berwarna hitam, berminyak, berbau tidak sedap, serta tidak layak digunakan untuk mandi, kami berhak marah dan mengutuk pengelolaan yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Persoalan limbah SPPG Pasimasunggu ini membuat kami sebagai warga negara menuntut hak kami sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H ayat 1, yang menyatakan setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini juga ditegaskan dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 9 ayat 3.
Oleh karena itu, setiap tempat pengolahan makanan Dapur MBG harus dilengkapi dengan saringan atau pengolah limbah agar air buangan yang masuk ke selokan pemukiman tidak menimbulkan bau busuk dan tidak mencemari sumur warga. Kami tidak mempermasalahkan keuntungan yang diperoleh, tapi jangan sampai keuntungan itu berdiri di atas keresahan dan kekhawatiran warga. Segera lakukan tindakan nyata untuk menghilangkan bau di selokan warga!
Demikian pernyataan salah satu warga Dusun Benteng Timur, Ade Muhammad Bhasri, dalam akun Facebooknya beberapa hari lalu.
Senada dengan itu, akun Facebook Rosaldy juga menyoroti persoalan ini. Menurutnya, sampah mengeluarkan gas berbahaya yang merusak udara dan atmosfer, seperti metana, yang merupakan gas rumah kaca 28 kali lebih kuat daripada karbon dioksida. Di desa kecil Kembangragi, Kecamatan Pasimasunggu, limbah SPPG telah mencemari saluran pemukiman warga Dusun Benteng Timur, sehingga bau tidak sedap sangat terasa hingga menusuk hidung.
Rosaldy menanyakan, "Kami akan mengadu ke mana? Kepengelola sudah disampaikan, pemerintahan setempat juga sudah tahu. Apakah tindakan baru akan dilakukan jika warga di wilayah ini melakukan protes yang melampaui prinsip hidup berdampingan sebagai makhluk sosial?"
Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar, Drs. H. Muhtar, MM, yang meninjau langsung kondisi ini, juga membenarkan bahwa masalah ini harus segera ditindaklanjuti oleh pengelola. Bahkan, Wakil Bupati menegaskan bahwa jika pengelola tidak segera membuat tempat buangan akhir limbah, maka pilihan yang harus diambil adalah mencari lokasi lain.
“Tegas Wabup H. Muhtar saat ditemui wartawan media ini di Kampus Pesantren Darul Ulum Pao Etang sesaat setelah kembali dari peninjauan Dapur MBG Kembangragi (7/10/2025).”
Hal lain yang disoroti Wakil Bupati adalah selain anjuran penggunaan bahan lokal, juga waktu pengantaran makanan yang terlalu pagi sehingga siswa harus makan lebih awal, karena khawatir menunya akan basi. Namun, secara keseluruhan, program ini sudah bagus, kata Wakil Bupati H. Muhtar saat memasuki ruangan acara peringatan Maulid oleh keluarga besar Yapisja di Lembongan.
Samuddin, S.Pd., MM, selaku pengelola Dapur MBG Kecamatan Pasimasunggu dan Pasimasunggu Timur, saat ditemui di Dapur MBG Pasimasunggu pada 10/10/2025 menyebutkan bahwa saat kunjungan Wakil Bupati, dirinya sedang berada di Pulau Bembe sehingga tidak sempat bertemu langsung dengan beliau.
Namun, apapun saran dan masukan dari Wakil Bupati, akan dijadikan masukan berharga untuk perbaikan ke depan.
“Kami siap menerima saran dan masukan dari siapapun, termasuk kritik dari warga yang merasa terganggu dengan limbah buangan dari dapur kami. Hanya saja, sebaiknya kritik disampaikan langsung kepada kami, bukan melalui Facebook, karena tidak akan ada solusi jika lewat Facebook,” pinta Samuddin.
Ia menambahkan, pihaknya akan segera mengambil langkah dengan menggunakan saluran pipa untuk pembuangan limbah.
Insya Allah besok sudah ada Pipanya dari Makassar dan segera dipasang, dengan cara ini sudah dapat dipastikan tidak akan lagi mengeluarkan bau dan juga tidak mencemari Sumur Warga karena yang kita alirkan nanti hanya Airnya, sementara ampasnya akan tertahan pada saringan , lalu diangkut ke pembuangan yang jauh dari pemukiman, jelas Samuddin.
Menyinggung penggunaan bahan baku lokal, dirinya sangat setuju karena memang tujuan kita adalah bagaimana perekonomian masyarakat bisa meningkat.
Hanya saja terkadang harganya terlalu mahal dibanding yang dari luar, semestinya harga lokal lebih murah atau paling lebih mahalnya dengan perbedaan sedikit saja pinta Samuddin.



